Sepertiyg saya katakan bahwa silsilah lebih banyak mengacu ke perkiraan karena belum mengenal tarikh/tahun kejadian. mencari titik temu keberadaan perlu di teliti wilayahnya atau daerah yang dianggap sebagai tempat di mana awal peradaban itu bermula. saya beri contoh taruhlah nama si A silsilahnya menunjukkan thn 1000 M. ketika di teliliti
Selainsebarannya yang meluas dan dicetak berulang kali,4 Sabīl al-Muhtadīn. juga amat besar sumbangannya dalam perkembangan penulisan ilmu fiqh di alam Melayu, kerana selalu dijadikan rujukan dan pedoman oleh ulama Nusantara dalam usaha penulisan fiqh berbahasa Melayu dengan lebih lanjut lagi.5 . Meskipun kitab Sabīl al-Muhtadīn didasarkan kepada kitab Syeikh
asanyaseperti baru kemarin, awal Juli 2017, pelaksanaan Haul ke 211 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau juga disebut Datu Kelampayan. pelaksanaan Haul ke 211 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau juga disebut Datu Kelampayan. Minggu, 10 Juli 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com;
Tanahyang dibawanya ke IKN diambil dari Desa Dalam Pagar, Kabupaten Banjar, yaitu di tempat kediaman Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Halaman all
SilsilahKeturunan Nabi Muhammad SAW Lengkap â€" Official from pada masa nabi muhammad saw. Silsilah ringkasan 25 nabi/rasul al qur'an p2k.unimus.ac.id. Nasab atau garis keturunan merupakan sesuatu yang dijaga dalam islam, sebagaimana silsilah rasulullah sampai ke nabi ibrahim melalui putra .
Berdasarkansilsilah Arsyadiyah, beliau turunan keempat dari syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary, yaitu garis turunan dari ibu beliau Hj.Sa’diyah (bergelar Diyang Kacil) binti Syekh Ahmad Jazuli Nambau, bin Syekh Qadhi Abu Su’ud, bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary. Sebelum ke Mekkah, beliau sudah menguasa dasar-dasar ilmu bahasa Arab
. Dalam Keluarga Jawa, biasanya anak menyebut orang tuanya dengan sebutan Bapak dan Ibu. Orang tuanya Bapak dan ibu disebut Eyang Kakek/Nenek dlm bhs Indonesia. Orang tua Eyang disebut apa..? Dst., dst., dst. Sejauh ini sepengetahuan saya keturunan H. Hambali dari H. Agus Saleh Jatibarang baru sampai urutan ke 8 yaitu H. Hambali H. Umar Simun Anak H. Abdul Kohar Cucu/Putu H. Agus Saleh Buyut/cicit Tuslihah canggah Siti Saeriyah wareng Adimah udhek-udhek Mayliana Peppy Saragih gantung siwur Kim kenny Aurelia Gropak senthe Berikut adalah istilah untuk level keturunan ke bawah dan level leluhur ke atas sampai urutan ke-18 dalam Bahasa Jawa *URUTAN KE ATAS * Moyang ke-18. Eyang Trah Tumerah Moyang ke-17. Eyang Menyo -menyo Moyang ke-16. Eyang Menyaman Moyang ke-15. Eyang Ampleng Moyang ke-14. Eyang Cumpleng Moyang ke-13. Eyang Giyeng Moyang ke-12. Eyang Cendheng Moyang ke-11. Eyang Gropak Waton Moyang ke-10. Eyang Galih Asem Moyang ke-9. Eyang Debog Bosok Moyang ke-8. Eyang Gropak Senthe Moyang ke-7. Eyang Gantung Siwur Moyang ke-6. Eyang Udheg-udheg Moyang ke-5. Eyang Wareng Moyang ke-4. Eyang Canggah Moyang ke-3. Eyang Buyut Moyang ke-2. Eyang kakek/nenek dlm bhs Indonesia Moyang ke-1. Bapak/Ibu *DILIHAT DARI POSISI KITA * Urutan Kebawah. Keturunan ke-1. Anak Keturunan ke-2. Putu, Keturunan ke-3. Buyut. Keturunan ke-4. Canggah Keturunan ke-5. Wareng Keturunan ke-6. Udhek-udhek Keturunan ke-7. Gantung siwur Keturunan ke-8. Gropak Senthe Keturunan ke-9. Debog Bosok Keturunan ke-10. Galih Asem Keturunan ke-11. Gropak waton Keturunan ke-12. Cendheng Keturunan ke-13. Giyeng Keturunan ke-14. Cumpleng Keturunan ke-15. Ampleng Keturunan ke-16. Menyaman Keturunan ke-17. Menyo2. Keturunan ke-18. Tumerah. Silahkan disimpan…….. — dikirim dari Smartphone OPPO saya Dalam Keluarga Jawa, biasanya anak menyebut orang tuanya dengan sebutan Bapak dan Ibu. Orang tuanya Bapak dan ibu disebut Eyang Kakek/Nenek dlm bhs Indonesia. Orang tua Eyang disebut apa..? Dst., dst., dst. Berikut adalah istilah untuk level keturunan ke bawah dan level leluhur ke atas sampai urutan ke-18 dalam Bahasa Jawa *URUTAN KE ATAS * Moyang ke-18. Eyang Trah Tumerah Moyang ke-17. Eyang Menyo -menyo Moyang ke-16. Eyang Menyaman Moyang ke-15. Eyang Ampleng Moyang ke-14. Eyang Cumpleng Moyang ke-13. Eyang Giyeng Moyang ke-12. Eyang Cendheng Moyang ke-11. Eyang Gropak Waton Moyang ke-10. Eyang Galih Asem Moyang ke-9. Eyang Debog Bosok Moyang ke-8. Eyang Gropak Senthe Moyang ke-7. Eyang Gantung Siwur Moyang ke-6. Eyang Udheg-udheg Moyang ke-5. Eyang Wareng Moyang ke-4. Eyang Canggah Moyang ke-3. Eyang Buyut Moyang ke-2. Eyang kakek/nenek dlm bhs Indonesia Moyang ke-1. Bapak/Ibu *DILIHAT DARI POSISI KITA * Urutan Kebawah. Keturunan ke-1. Anak Keturunan ke-2. Putu, Keturunan ke-3. Buyut. Keturunan ke-4. Canggah Keturunan ke-5. Wareng Keturunan ke-6. Udhek-udhek Keturunan ke-7. Gantung siwur Keturunan ke-8. Gropak Senthe Keturunan ke-9. Debog Bosok Keturunan ke-10. Galih Asem Keturunan ke-11. Gropak waton Keturunan ke-12. Cendheng Keturunan ke-13. Giyeng Keturunan ke-14. Cumpleng Keturunan ke-15. Ampleng Keturunan ke-16. Menyaman Keturunan ke-17. Menyo2. Keturunan ke-18. Tumerah. Silahkan disimpan…….. Post navigation
MARTAPURA - Pemerintah Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan Kalsel melalui Satgas Penanganan Covid-19 akan membuka obyek wisata religi Datu Kalampayan. Rencana itu diungkap Wakil Ketua IV Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banjar yang juga Sekretaris Daerah Kabupaten Banjar, H Mokhamad Hilman, di Mahligai Sultan Adam, Kota Martapura, Kamis 24/3/2022. Hilman mengaku pembukaan wisata religi Datu Kalampayan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Desa Kalampayan, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar hanya menunggu surat jawaban dari Ketu Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banjar. Surat jawaban itu atas surat permohonan dari sejumlah organisasi kemasyarakatan, institusi wakil rakyat dan organisasi Zurriyat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari sudah dibahas Satgas Penanganan Covid-19, awal pekan tadi. Baca juga Zuriat Datu Kelampayan Berharap Satgas Covid-19 Kabupaten Banjar Beri Izin Buka Wisata Religi Baca juga Tanah di Bawah Tempat Tidur Datu Kelampayan Kalsel Dibawa ke IKN Nusantara Menurut Hilman, pembukaan wisata religi Datu Kalampayan tetap mengacu kepada surat edaran Mendagri RI tentang penetapan level PPKM di daerah Kabupaten Banjar. "Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi pengelola dan pengunjung wisata religi Datu Kalampayan," katanya. Sementara, pembukaan wisata religi Sajadah Sekumpul, Hilman mengaku belum dapat memberikan jawaban. Itu karena belum dibahas dalam rapat Satgas Penanganan Covid-19. Baca juga Datu Kelampayan dari Kalsel Akan Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional Pembukaan wisata religi Datu Kalampayan tidak lepas dari monitoring dan pengawasan Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Banjar. Tujuan monitoring dan evaluasi selama pembukaan ataupun kegiatan di kawasan wisata religi Datu Kalampayan dapat memutus mata rantai Covid 19. Mukhtar Wahid
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Datu’ Kalampaian atau Datu’ Kalampayan 1710—1812 Masehi/ 1122-1227 hijriyah adalah seorang ulama besar dan kharismatik sekaligus mufti dari Kesultanan Banjar yang pusat pemerintahannya sekarang masuk dalam wilayah Propinsi Kalimantan Selatan Dakwah dan jasa-jasa Sidin beliau ; bhs Banjar dalam meletakkan dasar-dasar hukum fiqih, ilmu tauhid, tasawuf, hadits, tafsir, ilmu falak dan yang lainnya di lingkungan kekuasaan Kesultanan Banjar melalui karya-karya besar, fenomenal dan tentunya bermanfaat bagi umat yang diyakini berjumlah sekitar 17 kitab, beberapa diantaranya bahkan masih menjadi rujukan bagi para santri di seluruh pelosok nusantara bahkan Asia itu menjadikan beliau salah satu sosok teladan dan panutan bagi umat Islam tidak hanya di Kalimantan Selatan saja, tapi juga di berbagai wilayah bekas kekuasaan Kesultanan Banjar bahkan di seputar wilayah Asia Tenggara, sehingga oleh umat beliau sering digelari dengan sebutan Tuan Haji Besar. Datu’ Kalampayan yang juga dikenal dengan nama lengkap Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari merupakan ulama berpengaruh yang masih keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao Kesultanan Maguindanao yang lahir di Lok Gabang, Astambul, Kabupaten Banjar dan besar di daerah Dalam Pagar, Martapura. Timur, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tersebut. Masjid Sabilal Muhtadin, Banjarmasin kaekaha Salah satu karya fenomenal beliau yang paling dikenal umat adalah Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din yang secara umum diartikan sebagai ”Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Kitab yang ditulis pada tahun 1779 M 1193 H pada zaman pemerintahan Sultan Tamjidullah ini merupakan kitab fikih yang populer dalam Madzhab Syafi'i. Sebagai bentuk penghormatan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan terhadap jasa-jasa beliau, nama besar Sidin diabadikan pada Universitas Islam Kalimantan UNISKA Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, selain itu judul dari salah satu kitab karya Sidin yang paling populer, Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din diabadikan menjadi nama masjid termegah dan terbesar simbol dialektika budaya masyarakat Kalimantan yang menjadi salah satu landmark terbaik Kota 1000 Sungai yang lokasinya persis di jantung Kota Banjarmasin, Masjid Sabilal Muhtadin. Kitab Sabilal Muhtadin Biografi singkat Datu’ KalampaianPada usia 7 tahun, Muhammad Arsyad kecil diminta Sultan Tahlilullah untuk tinggal di istana, untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan yang kelak ikut membentuk kepribadiannya yang berakhlak mulia, ramah, penurut, dan selalu hormat kepada yang lebih tua. Kepribadian unggul yang telah nampak sejak dini ini, membuat Sultan Tahlilullah dan semua penghuni istana menyayanginya dan memberikan kasih sayang terbaik. Bahkan, demi harapan untuk mempersiapkan Muhammad Arsyad sebagai pemimpin yang alim, Sultan memberikan fasilitas pendidikan penuh kepada Muhammad Arsyad sampai umur 30 usia 30 tahun, Muhammad Arsyad di jodohkan oleh Sultan Tahlilullah dengan seorang perempuan bernama Tuan Bajut. Ketika istrinya hamil muda, Muhammad Arsyad dikirim ke tanah suci Mekkah untuk tugas belajar, oleh Suktan ke-15 Kesultanan Banjar, Sultan Tahmidullah 1700-1745. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
– Keberhasilan dan keberuntungan seseorang adalah menjadikan dirinya, keluarga dan keturunannya dalam tuntunan agama, terdidik dan termasuk orang bertaqwa dan sholeh. Syekh Muhammad Arsyad Albanjari atau Datu Kalampayan salah satunya, beliau banyak menurunkan zuriat yang menjadi wali dan ulama besar khususnya di Kalimantan, hampir semua yang menjadi ulama terkemuka dan kharismatik di Kalimantan adalah dari zuriat beliau. Diantaranya lima orang bersaudara ini adalah cicit dari Datu Kalampayan Syekh Muhammad Arsyad Albanjary mereka adalah 1. Al-Alimul Allamah H. Abu Tholhah Tenggarong, Kaltim 2. Al-Alimul Allamah H. Abu Hamid Ujung Pandaran, Sampit, Kalteng 3. Al-Alimul Allamah H. Ahmad Balimau, HSS, Kalsel 4. Al-Alimul Allamah H. Muhammad Arsyad Lamak Pagatan, Kalsel 5. Al-Alimul Allamah H. Sa’dudin Taniran, HSS, Kalsel Mereka berlima adalah anak dari cucu pertama Datu Kalampayan yaitu Al-Alimul Allamah Mufti H. Muhammad As’ad bin Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Datu Kalampayan. Nenek mereka yang bernama Syarifah adalah anak pertama Datu Kalampayan dari isteri pertama beliau yang bernama Tuan Bajut. 1. Al’Alimul Allamah H. Abu Tholhah Al-Banjari Beliau adalah seorang cicit Datu Kalampayan yang sempat mendapat didikan langsung dari datuknya, sehingga mewaritsi ilmu-ilmu dari ayah dan datuknya. Al-Alimul Allamah H. Abu Tholhah sebelumnya tinggal di Pagatan, karena mendapat panggilan untuk berjihad dan mengemban tugas menyampaikan dakwah islamiah di Kutai Tenggarong, maka beliau tinggalkan Pagatan menuju Kutai Tenggarong. Beliau terkenal sebagai ulama yang berani dalam menegakkan yang hak dan menumpas yang bathil. Beliau wafat di Tenggarong Kaltim dan dimakamkan disana, kubah beliau sering diziarahi dan masyhur disana. 2. Al-Alimul Allamah H. Abu Hamid Al-Banjari Beliau juga sempat mendapat didikan langsung dari datuknya. Medan dakwah beliau sampai ke Pontianak, sehingga sampailah dakwah datuknya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Kalimantan Barat. Sebagaimana kakaknya Al-Alimul Allamah H. Abu Hamid juga seorang ulama yg berani menegakkan yg hak, ulama yg waro, tawadhu, pemurah dan peramah. Beliau sempat menikah di Pontianak dan mempunyai 6 orang anak. Setelah sekian lama di Pontianak, maka beliau berkeinginan pulang kampung untuk berziarah kemakam datuknya sekaligus mengunjungi sanak saudara di Banjar. Karena rute kapal harus singgah dulu ke Surabaya, kemudian meneruskan menuju Banjar dengan perahu Vinicy. Karena kerasnya angin badai dilaut, perahu yang ditumpanginya terdampar dipesisir kota Sampit Kalteng. Beliau mendapat sakit, hingga wafat dan dimakamkan disana. Kepastian riwayat bahwa beliau dimakamkan di Ujung Pandaran Sampit itu adalah ketika salah seorang zuriat Datu Kalampayan bernama M. Muslim orang Dalam Pagar Martapura hendak menikah di Sampit. Sebelum berangkat dia lebih dulu minta restu kepada Al’-Alimul Allamah H. Isma’il Khotib Dalam Pagar, lalu beliau berpesan kepadanya agar sebelum menikah disana nanti hendaklah lebih dulu ziarah kemakam Al’-Alimul Allamah H. Abu Hamid di Ujung Pandaran Sampit. 3. Al’-Alimul Allamah H. Ahmad Al-Banjari Beliau juga sempat mendapat didikan langsung dari datuknya. Setelah beliau menikah, beliau mendapat tugas dakwah ke Balimau Kandangan HSS. Beliau terkenal sebagai ulama yang berani sehingga disegani, waro’, tawadhu, pemurah dan penyabar dalam berdakwah. Beliau tidak mengenal lelah dalam dakwahnya dan tanpa pamrih hingga akhir hayatnya. Menurut cerita masyarakat makam beliau yang sekarang, yang terletak di daerah Balimau adalah bukan tempat beliau di makamkan pertama kali. Dahulunya setelah beliau wafat di makamkan di satu tempat namun tanpa di ketahui makam tersebut hilang, tapi pada satu malam makam beliau hilang tersebut terlihat satu cahaya terang benderang dari makam beliau yang pertama berpindah ke makam beliau yang sekarang ini. Juga menurut penuturan masyarakat setempat ditempat makam beliau yang pertama telah di jadikan sarang maksiat oleh para perampok, oleh sebab itulah maka makam beliau berpindah dengan sendirinya dengan ijin Allah SWT ketempat yang lebih baik. Beliau wafat di Balimau dan Kubahnya dikenal dengan nama Kubah Balimau dan banyak diziarahi orang dari berbagai daerah. 4. Al’-Alimul Allamah H. Muhammad Arsyad Lamak Al-Banjari Mufti Lamak Nama beliau sama dengan datuknya, beliaupun mewaritsi ilmu dan amal ayah dan datuknya. Beliau sempat belajar ke Makkah beberapa tahun, diantara gurunya adalah 1. Syekh Ahmad Dimyathi, Mufti Syafi’iyah 2. Syekh Yusuf dan 3. Syekh Ar-Rahbini. Sepulangnya ke Banjar beliau di angkat Sultan Banjar menjadi mufti di kerajaan Banjar. Selain menjadi mufti, beliau tetap dengan dakwahnya, yang tegas dalam hukum agama hingga beliau juga terkenal sebagai pahlawan. Diantara murid beliau adalah sultan Adam Al-Watsiq Billah. Pada masa pemerintahan Sultan Abdurrahman bin Sultan Adam berazam hendak pergi menunaikan haji ke kota suci Makkah, sebelum pergi terlebih dahulu beliau memgunjungi kakak beliau Al-Alimul Allamah H. Abu Tholhah yang ketika itu masih bermukim di Pagatan, namun setibanya di Pagatan beliau mendapat sakit, hingga wafat dan dimakamkan ditepian pantai Pagatan, Tanah Bumbu. Menurut catatan Al-Alimul Allamah H. Isma’il Khotib “Tuan Mufti H. M. Arsyad Lamak berpulang ke Rahmatullah pada hari sabtu, 3 likur hari, bulan rabiul awal 1275H, dimasa pemerintahan Sultan Abdurrahman bin Sultan Adam atau kira-kira 48 tahun setelah wafatnya Datuk Kalampayan yang wafat pada 6 syawal 1227H. Makamnya dibuatkan kubah oleh Al-Alimul Allamah H. Abdurrahman Siddiq Al-Banjari Datu Sapat, mufti Indragiri Riau dan direnovasi secara permanen oleh pemerintah daerah. 5. Al’Alimul Allamah H. Sa’dudin Al-Banjari Beliau juga dikenal dengan nama H. M. Thoyyib dan bergelar Datu Taniran. Dilahirkan tahun 1194H atau tahun 1774M di Dalam Pagar Martapura, jadi usia beliau dimasa Datu Kalampayan wafat sekitar 33 tahun. Beliau juga sempat dididik langsung ayah dan datuknnya, selain itu beliau juga berkhidmat dan berguru kepada kakak beliau Al-Alimul Allamah H. Lamak. Kemana saja kakaknya berdakwah, beliau selalu disampingnya. Di usia 25 thn beliau pergi ke Makkah untuk berhaji sekaligus menuntut ilmu disana. Lebih kurang 10 thn beliau belajar disana. Sekembali dari tanah suci, maka beliau berada disamping ayahnya yaitu Al-Alimul Allamah Mufti H. M. As’Ad dan kakak-kakaknya dalam membantu berdakwah keberbagai daerah dan pelosok. Pada tahun 1812 M datanglah utusan tatuha masyarakat Taniran ke Martapura kerumah Al-Alimul Al-Alamah H. M. As’ad dengan maksud agar beliau berkenan dapat mengirim guru agama ke Taniran. Mendengar hal itu maka sebagai mufti dikerajaan Banjar, beliau merasa berkewajiban untuk memenuhi permintaan masyarakat taniran. Maka beliau dengan senang hati mengirim anaknya sendiri yaitu Al-Alimul Allamah yang waktu itu baru kembali 2 thn dari Makkah. Taniran dimasa itu dipimpin seorang lurah bernama Abah Shaleh, mendengar Tuan Mufti menyanggupi permintaan masyarakatnya dan bahkan mengirim langsung anaknya, sang lurah begitu gembira. Beliau dijemput dan datang disambut dengan gembira oleh masyarakat Taniran. Masyarakat menghibahkan sebidang kebun kelapa sebagai tempat untuk membangun rumah dan komplek kegiatan belajar mengajarnya. Maka berdatanganlah para murid dari berbagai daerah di Hulu Sungai dan lainnya. Beliau ulama yang waro’, qona’ah, lemah-lembut dan segala sifat mahmudah lainnya. Dakwah beliau dengan bebagai cara, selain dengan lisan, terkadang dengan mencontohkan bil’hal, sehingga murid2 bisa mengikutinya. Apabila beliau mandi, tidak pernah membuka pakaiannya karena begitu menjaga takut terlihat auratnya. Dan dalam soal menjaga kehalalan makanan beliaupun sangat berhati-hati. Beliau suka berkholwat menyendiri, hanya keluar jika mengajar atau sholat ke mesjid, terlebih setelah kakaknya Al-Alimul Allamah H. M. Arsyad Lamak wafat. Bahkan beliau jarang sekali pulang ke Martapura karena kakak yang dikunjungi tidak ada lagi. Beliau ditawari pemerintah Belanda untuk menggantikan kakaknya sebagai mufti, tapi beliau tolak, karena beliau lebih senang fokus dalam mengajar ilmu dan amal dimasyarakat. Setelah kurang lebih 45 thn dalam berdakwah, beliau wafat pada 5 safar 1278H 1858 M dan dimakamkan di Taniran yang dikenal dengan Kubah Taniran. Kelima makam/ kubah beliau berlima sering didatangi oleh banyak peziarah dari berbagai daerah. _________ Dirangkum dari cerita Abah Guru Sekumpul dan sumber lainnya, khususnya dari buku “Maulana Syekh Muhammad Arsyad Albanjari oleh Abu Daudi/ zein Dalam pagar. Ditulis Ulang Oleh wartawa Muhammad Suryadi
› Nusantara›Datu Kalampayan Diusulkan Jadi... Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau yang dikenal dengan Datu Kalampayan diusulkan menjadi pahlawan nasional. Ulama besar dari Kalimantan Selatan itu dianggap memiliki pemikiran dan karya besar bagi Nusantara. KOMPAS/JUMARTO YULIANUSTangkapan layar Youtube pelaksanaan Seminar Nasional Rekam Jejak Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari bertema Kiprah, Pemikiran, dan Karya Besar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari bagi Nusantara”, di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu 16/3/2022.BANJARMASIN, KOMPAS — Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari 1710-1812 atau yang dikenal dengan nama Datu Kalampayan diusulkan menjadi pahlawan nasional. Ulama besar dari Kalimantan Selatan itu dianggap memiliki pemikiran dan karya besar di bidang keagamaan, sosial, dan pemerintahan bagi agar Datu Kalampayan mendapat anugerah pahlawan nasional semakin menguat dengan diadakannya Seminar Nasional Rekam Jejak Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari bertema ”Kiprah, Pemikiran, dan Karya Besar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari bagi Nusantara”, di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Rabu 16/3/2022. Jika usulan diterima pemerintah pusat, Datu Kalampayan akan menjadi tokoh kelima dari Kalsel yang mendapat gelar pahlawan nasional. Sebelumnya, sudah ada empat tokoh dari Kalsel yang bergelar pahlawan nasional, yaitu Pangeran Antasari 1797-1862, Brigadir Jenderal Hasan Basri 1923-1984, KH Idham Chalid 1921-2010, dan Ir Pangeran H Mohammad Noor 1901-1979.Ketua I Dewan Harian Daerah DHD Badan Penerus Pembudayaan Kejuangan 45 Provinsi Kalsel Zulfadli Gazali mengatakan, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah tokoh Nusantara yang mengglobal karena melahirkan pemikiran dan karya besar yang jangkauannya luas secara nasional dan juga internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.”Kami merasa terpanggil menyelenggarakan seminar nasional ini sebagai salah satu tahapan penting dalam rangkaian kegiatan pengusulan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sebagai pahlawan nasional,” YULIANUSTangkapan layar Youtube pelaksanaan Seminar Nasional Rekam Jejak Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rabu 16/3/2022.Menurut Zulfadli, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah ulama besar yang anak cucunya banyak duduk sebagai mufti pemberi fatwa dan kadi hakim agama, serta menurunkan banyak ulama yang tersebar di Nusantara. Beliau mendapat beberapa julukan, di antaranya Matahari Islam Nusantara dan Mercusuar Islam Kalimantan.”Melihat perjuangan, pemikiran, dan karya besar di sepanjang perjalanan hidup Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, kami tidak meragukan jasa-jasa beliau sehingga wajar banyak rekomendasi untuk menjadikan beliau sebagai pahlawan nasional,” menyebutkan, lebih kurang 139 surat rekomendasi atau dukungan untuk menjadikan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sebagai pahlawan nasional. Tercatat pula lebih dari 170 publikasi hasil kajian tentang Al Banjari berupa buku, artikel, jurnal ilmiah, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, ataupun makalah yang dibentangkan di seminar nasional dan internasional.”Pada 13 November 2021, Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah TP2GD Provinsi Kalsel telah melakukan sidang dan menghasilkan kesepakatan untuk mengusulkan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sebagai pahlawan nasional,” Juga Menunggu Belasan Tahun, Empat Tokoh Raih Gelar Pahlawan NasionalGubernur Kalsel Sahbirin Noor mengapresiasi para tokoh, akademisi, TP2GD Kalsel, serta berbagai pihak yang berpartisipasi dan mengusulkan penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan. ”Mudah-mudahan pengusulan Datu Kalampayan sebagai pahlawan nasional bisa memenuhi persyaratan yang ditentukan,” diragukanMenurut Sahbirin, kebesaran nama Datu Kalampayan tidak diragukan lagi oleh tokoh mana pun, terutama kiprahnya yang luar biasa untuk Nusantara. Karya besarnya bernama Kitab Sabilal Muhtadin hingga saat ini dijadikan sumber dan rujukan bidang ilmu fikih di tanah Nusantara maupun di kawasan Asia Tenggara.”Tanpa bergelar pahlawan nasional sekalipun, Datu Kalampayan telah menghiasi bumi Nusantara dengan keilmuan, ide, dan gagasan baru dalam dunia pendidikan, peradilan, dan masalah keumatan,” mengatakan, keinginan mengusulkan Datu Kalampayan sebagai pahlawan nasional substansinya bukan untuk melekatkan gelar semata, melainkan menjadikan gelar itu sebagai simbol teladan dan panutan bagi generasi Indonesia saat ini ataupun di masa yang akan YULIANUSGubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor memberi sambutan pada acara syukuran puncak Hari Pers Nasional HPN 2020 di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu 9/2/2020.”Jika saatnya nanti Datu Kalampayan mendapatkan gelar pahlawan nasional, generasi di Banua Kalsel ini harus mampu mengikuti jejak langkah beliau sebagai suri teladan, yang memberikan jasa dan sumbangan besar untuk Banua dan negeri tercinta,” perjuangan, pemikiran, dan karya besar di sepanjang perjalanan hidup Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, kami tidak meragukan jasa-jasa beliau sehingga wajar banyak rekomendasi untuk menjadikan beliau sebagai pahlawan Besar Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra menyebut Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah salah satu ulama besar pada abad ke-18. Al Banjari sangat berpengaruh dalam perkembangan Islam di kepulauan Nusantara ataupun di ruang lingkup yang lebih luas.”Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari belajar selama 30 tahun di Mekkah dan ikut mendirikan Komunitas Banjar di Mekkah. Keunggulannya secara intelektual tidak perlu diragukan lagi,” perjuanganNamun, dalam konteks pengusulan pahlawan nasional, Azyumardi mengingatkan agar tim pengusul lebih banyak menggali aspek perjuangan Al Banjari dalam melawan penjajahan kolonial Belanda. Sebab, kolonial Belanda atau VOC sudah datang ke Banjarmasin dan menjalin hubungan dengan Kesultanan Banjar semasa hidup Al Banjari.”Perang Banjar baru terjadi pada 1826 atau setelah Al Banjari wafat. Untuk itu, kiprah beliau dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda sebelumnya perlu dimasukkan dalam dokumen pengusulan,” Juga Anugerah Pahlawan Nasional bagi Tokoh dari Enam ProvinsiDirektur Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial Kementerian Sosial Murhardjani menjelaskan, gelar pahlawan nasional diberikan kepada seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah NKRI, yang gugur atau meninggal demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan pemberian gelar pahlawan nasional pertama-tama sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap setiap warga negara yang memajukan dan memperjuangkan pembangunan bangsa dan negara demi kejayaan dan tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kemudian untuk menumbuhkan kebanggaan, keteladanan, kepatriotan, sikap kepahlawanan, dan semangat kejuangan di dalam masyarakat.”Kami berharap tim pengusul dari Kalsel bisa menyerahkan administrasi, biografi, dan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur dan persyaratan pengusulan calon pahlawan nasional. Mudah-mudahan Al Banjari yang memiliki jasa besar bagi Nusantara dapat memenuhi persyaratan,” katanya. EditorSIWI YUNITA CAHYANINGRUM
USAI melakoni penelitian selama tiga tahun oleh Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin, kini buku bertulis tangan berumur ratusan tahun itu dibedah. DIALOG buku lawas milik Swadharma, warga Pekauman, Banjarmasin itu digagas oleh Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan LK3 Banjarmasin dihelat di Rumah Alam Sungai Andai, Banjarmasin, Rabu 19/10/2022. Dalam buku itu, ada tertulis silsilah Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kelampayan. Dengan alasan itu, akhirnya pemilik menyerahkan buku untuk kemudian diteliti oleh lembaga berkompeten. Ketua Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Antasari, Fathullah Munadi mengatakan dalam penelitian memang ada beberapa asumsi yang muncul, bahwa orangtua Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah seorang Tionghoa yang muallaf dalam naskah tersebut. BACA Pengusulan Pahlawan Nasional, Syekh Muhammad Arsyad Dulu, Baru Pangeran Hidayatullah “Tetapi itu perlu penguatan-penguatan dari naskah lain yang kira-kira mendekati dengan cerita ini,” ucap Fathullah Munadi. Mengapa demikian? Menurut dia, jarak penulis dengan cerita yang dituliskan itu cukup jauh, yakni terpaut lima generasi. “Jadi, kita perlu kajian baru atau naskah baru yang dihadirkan supaya kita bisa menjelaskan kembali,” kata dosen humaniora keislaman UIN Antasari ini. BACA JUGA Gelar Al Banjary dan Budaya Lokal dalam Ijtihad Syekh Muhammad Arsyad “Kalau kami di kajian naskah, tentunya akan coba mencari di mana kira-kira naskah lainnya bisa ditemukan. Biasanya, kalau naskah tunggal selalu ada sesuatu yang menginspirasinya, dia tidak akan tunggal saja,” beber Fathullah. “Karena kita tidak hidup di zaman itu, maka sangat terbuka untuk didiskusikan ketika ada temuan naskah seperti itu,” sergah Pembina LK3 Banjarmasin Nurholis Majid. Ini karena Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah seorang tokoh yang besar, wajar saja menjadi bahan diskusi, perdebatan bahkan menjadi ranah untuk saling mengklaim. BACA JUGA Berbekal Ranjang dan Cermin, Syekh Muhammad Arsyad Pinang Ratu Aminah “Sebagai masyarakat yang berpendidikan maka kita mesti membuka ruang atas temuan-temuan terkait Datu Kelampayan. Secara literasi sangat penting agar orang seperti ini terus dibicarakan, kalau kita sudah setop pada sesuatu yang sudah final maka berhentilah pembicaraan terhadap ulama besar ini,” imbuh mantan Kepala Perwakilan Ombudsman Kalsel ini. Peserta dialog saat membahas soal buku berumur ratusan tahun yang dibedah para peeliti dari UIN Antasari Banjarmasin. Foto Iman Satria Masih kata Majid, LK3 Banjarmasin melihat hal itu sangat membuka pengetahuan. Ini agar bisa keluar dari frame tentang misalnya ada era di mana orang sentimen terhadap Cina Tionghoa dan segala macamnya. “Karena pada masa itu bisa jadi ada hubungan yang kuat antara Kesultanan Banjar dengan Tiongkok,” ucap Majid. BACA JUGA Jejak Syekh Muhammad Arsyad di Tanah Betawi Dengan demikian, beber dia, kemungkinan ada pertalian, bukan saja hubungan kerja sama tapi pertalian darah yang erat pula. “Kami ingin pembicaraan ini akan terus dilanjutkan dan membuat diskusi atau seminar yang lebih besar lagi yang dihadiri tokoh-tokoh yang representatif, sehingga dipandang sebagai suatu ilmu,” papar Majid. Sementara itu, pemilik buku kuno berumur ratusan tahun itu, Swadharma mengatakan ternyata ada penulisan silsilah keluarga yang ada hubungannya dengan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. BACA JUGA Mengenal Metode Instinbath yang Digunakan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari “Tentu hal ini, menarik untuk dibahas. Tadinya buku ini hanya disimpan keluarga saja. Kemudian, jatuh ke tangan saya. Kemudian, saya berkeinginan untuk membuktikan kebenaran buku ini,” kata Swadharma. Walhasil, buku itu kemudian diserahkan guna diuji secara ilmiah. Terutama, silsilah keturunan nama-nama Tionghoa dalam buku ini tidak ada masalah. “Nah, kalau urutan nama-nama keluarga Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, sebenarnya kami tidak tahu, karena nama Tionghoa sudah tidak digunakan,” ucap Swadharma. “Yang menulis buku ini telah meninggal dunia pada tahun 1953. Umur saya sekarang 75 tahun, andaikan ayah saya yang ditulis di buku itu berumur 25 tahun saja ketika saya lahir. INi artinya buku itu sudah berumur 100 tahun,” beber Swardharma. BACA JUGA Sungai Tuan, Karya Besar Tuan Syekh Muhammad Arsyad Sekretaris Jenderal Perkumpulan Ukhuwah Angkatan Muda Zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, Muhammad Deny yang juga hadir dalam dialog tersebut membenarkan keterkaitan ini dengan Tionghoa. “Nenek Datu Kelampayan yang memang dari etnis Tionghoa. Semuanya masih tercatat, dan kita masih juga mencari garis keturunan yang belum tercatat,” ucap Deny. Peserta diskusi dan dialog usai acara berfoto bersama di Rumah Alam Sungai Andai, Banjarmasin. Foto Iman Satria Dirinya menilai dialog gelaran LK3 Banjarmasin sangat bagus guna mencari keterkaitan antara Datu Kalampayan dengan Tionghoa. Sepengetahuan Denny, memang dari dulu ada penyebutan nama Tionghoa, namun setelah muslim diperkirakan penyebutan itu sudah tidak dipakai lagi. BACA JUGA Islam di Nusantara Tak Lepas dari Pengaruh Ulama Banjar Syekh Arsyad Al Banjari “Semoga saja naskah lainnya bisa ditemukan lagi. Karena dalam naskah yang ada ini terputus di Datu Abdullah, ayah dari Datu Kelampayan dengan nama Tionghoa Pang Ban Tian, lalu diisi dengan nama anak bertuliskan Muhammad Rasyad yakni Datu Kelampayan, turun lagi ke bawah yakni Datu Jamaludin,” tutur Denny. Dia mengajak untuk menggali lebih dalam lagi keterikatan silsilah Datu Kelampayan dengan etnis Tionghoa. BACA JUGA Ersis Sebut Muhammad Arsyad Al-Banjari Datu Literasi Banjar dan Nasional’ Sementara itu, Pengasuh Majelis Al Mahabbah Kubah Basirih, Habib Fathurrahman Bahasyim mengaku dialog itu sangat fenomenal. Sebab, banyak hal yang perlu digali dan didalami oleh para peneliti. “Semua pihak yang punya wewenang harus turut menggali hal ini, bahkan pemerintah harusnya turun tangan untuk memfasilitasi tindak lanjut dari penemuan naskah ini. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman di tengah masyarakat,” imbuh Habib Fathur.jejakrekam Pencarian populerhttps//jejakrekam com/2022/10/19/bedah-buku-berumur-ratusan-tahun-ternyata-ada-silsilah-syekh-muhammad-arsyad-al-banjari/,nasab datu kelampayan
silsilah datu kelampayan ke bawah